Salam sains..
Sudah sering sekali digembar-gemborkan tentang penghematan energi, dan kita semua juga menyadari bahwa cadangan energi yang tidak dapat diperbaharui jumlahnya sangat terbatas. Energi itu sangat penting untuk kehidupan sehari-hari, dan apa yang akan terjadi dengan kehidupan kita jika semuanya kering dan habis dalam waktu dekat ? Bagaimana jika minyak dengan aplikasi yang bermacam-macam , tidak tersedia lagi dalam beberapa generasi kedepan? Sumber energi lainnya seperti gas alam dan batu bara serta energi listrik pun akan mengikuti jejak nya . Penggunaan bahan bakar minyak atau disini boleh saya sebut dengan bahan bakar fosil memiliki dampak terhadap lingkungan , hasil dari pembakaran menimbulkan akumulasi karbon dioksida di atmosfer , sehingga meningkatkan pemanasan global .
Apa alternatif untuk krisis energi yang sedang terjadi saat ini? Biogas mungkin bisa menjadi jawaban. Biogas merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan yang dapat menjawab kebutuhan energi saat ini. Gas bio yang diproduksi tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk memasak, atau penerangan, bahkan dapat digunakan untuk menggerakkan mesin mesin genset, selain itu diakhir proses juga bisa dihasilkan pupuk organik siap pakai.
Apa Itu Biogas? Bila dilihat dari kosakatanya, biogas berasal dari kata bios artinya hidup, sedang gas bisa disefinisikan sesuatu yang keluar dari tungku atau dari perapian atau tabung, yang dihasilkan oleh makhluk hidup melalui proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Gas bio mempunyai sifat mudah terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah dan atau LPG.
Bahan baku utama pembuat gas bio adalah limbah yang berasal dari bahan organik. tapi apakah semua bahan organik dapat digunkan? hanya bahan organik yang homogen yang dapat menghasilkan gas bio. Contoh limbah organik tersebut adalah kotoran dan urine ternak, limbah pertanian sayuran, disamping itu limbah yang berasal dari industri pengolahan hasil pertanian seperti industri tahu, ikan pindang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk memproduksi gas bio. Pengembangan instalasi biogas sangat sesuai dilakukan di daerah yang populasi ternaknya padat, daerah pertanian sayuran dan di daerah yang banyak industri pengolahan hasil pertanian. Di daerah tersebut dapat dibangun instalasi biogas baik secara individu maupun berkelompok dengan cara menyatukan semua saluran limbahnya ke dalam satu sistem biogas. Dengan demikian limbah yang tadinya mencemari lingkungan dapat dihilangkan bahkan menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatan sebagai sumber energi untuk memasak atau untuk penerangan bahkan menggerakkan mesin genset .
Berdasarkan bahan baku yang diperlukan dan teknik pembuatannya, maka instalasi biogas dibuat di manapun, artinya biogas dapat dihasilkan dimanapun juga. Instalasi biogas dapat dibuat dalam bentuk yang sederhana dan murah, ataupun dalam bentuk yang medium bahkan dalam skala besar untuk kepentingan beberapa rumah secara bersama-sama. Bahan pembuat instalasi biogas diantaranya pasir, split, bata merah, batu kali, drum, tabung plastik bekas dan plastik lingkaran diameter 1 m serta bahan-bahan lainnya sebagai pendukung.
Pembuatan dan penggunaan biogas sebenarnya sudah dikenal sejak lama, terutama di kalangan petani Inggris, Rusia dan Amerika Serikat. Sedangkan di Benua Asia seperti di negara India, sudah menjadi pelopor dan pengguna energi biogas yang sangat luas. Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta pada tahun 1776. Kemudian pada tahun 1806, Willam Henry dapat mengidentifikasi gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham pada tahun 1868 salah seorang murid Louis Pasteur dan Tappeiner pada tahun 1882, memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan (Rahman, 2005).
Di Indonesia sendiri, program pengembangan dan pemanfaatan biogas mulai digalakkan pada awal tahun 1970. Pengembangan tersebut bertujuan untuk memanfaatkan limbah dan biomassa lainnya dalam rangka mencari sumber energi lain di luar kayu bakar dan minyak tanah. Namun program tersebut tidak berkembang meluas di masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat pada waktu itu masih mampu membeli minyak tanah dan gas LPG, untuk kepentingan sehari-hari, disamping itu biaya pembuatan satu unit instalasi biogas relatif tinggi.
Pengembangan biogas menjadi penting dan mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam mengurangi/memangkas subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan harga BBM sampai 100 % , bahkan untuk minyak tanah sampai 125 % per 1 Oktober 2005, menambah beban pengeluaran biaya kehidupan rumah tangga yang kurang mampu. Hal ini berdampak pemanfaatan kayu bakar sebagai sumber energi alternatif akan meningkat dan dapat mengancam kelestarian tanaman, mengakibat banjir dan bencana tanah longsor serta menipisnya cadangan air. Oleh karena itu, pengembangan biogas di sekitar kawasan hutan, perkebunan atau di daerah pertanian yang padat ternak atau banyak tersedia limbah organik adalah suatu kebijakan yang sangat bijak.
Apa Itu Biogas? Bila dilihat dari kosakatanya, biogas berasal dari kata bios artinya hidup, sedang gas bisa disefinisikan sesuatu yang keluar dari tungku atau dari perapian atau tabung, yang dihasilkan oleh makhluk hidup melalui proses tertentu. Proses yang dimaksud adalah proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara. Gas bio mempunyai sifat mudah terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah dan atau LPG.
Bahan baku utama pembuat gas bio adalah limbah yang berasal dari bahan organik. tapi apakah semua bahan organik dapat digunkan? hanya bahan organik yang homogen yang dapat menghasilkan gas bio. Contoh limbah organik tersebut adalah kotoran dan urine ternak, limbah pertanian sayuran, disamping itu limbah yang berasal dari industri pengolahan hasil pertanian seperti industri tahu, ikan pindang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk memproduksi gas bio. Pengembangan instalasi biogas sangat sesuai dilakukan di daerah yang populasi ternaknya padat, daerah pertanian sayuran dan di daerah yang banyak industri pengolahan hasil pertanian. Di daerah tersebut dapat dibangun instalasi biogas baik secara individu maupun berkelompok dengan cara menyatukan semua saluran limbahnya ke dalam satu sistem biogas. Dengan demikian limbah yang tadinya mencemari lingkungan dapat dihilangkan bahkan menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatan sebagai sumber energi untuk memasak atau untuk penerangan bahkan menggerakkan mesin genset .
Berdasarkan bahan baku yang diperlukan dan teknik pembuatannya, maka instalasi biogas dibuat di manapun, artinya biogas dapat dihasilkan dimanapun juga. Instalasi biogas dapat dibuat dalam bentuk yang sederhana dan murah, ataupun dalam bentuk yang medium bahkan dalam skala besar untuk kepentingan beberapa rumah secara bersama-sama. Bahan pembuat instalasi biogas diantaranya pasir, split, bata merah, batu kali, drum, tabung plastik bekas dan plastik lingkaran diameter 1 m serta bahan-bahan lainnya sebagai pendukung.
Pembuatan dan penggunaan biogas sebenarnya sudah dikenal sejak lama, terutama di kalangan petani Inggris, Rusia dan Amerika Serikat. Sedangkan di Benua Asia seperti di negara India, sudah menjadi pelopor dan pengguna energi biogas yang sangat luas. Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta pada tahun 1776. Kemudian pada tahun 1806, Willam Henry dapat mengidentifikasi gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham pada tahun 1868 salah seorang murid Louis Pasteur dan Tappeiner pada tahun 1882, memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan (Rahman, 2005).
Di Indonesia sendiri, program pengembangan dan pemanfaatan biogas mulai digalakkan pada awal tahun 1970. Pengembangan tersebut bertujuan untuk memanfaatkan limbah dan biomassa lainnya dalam rangka mencari sumber energi lain di luar kayu bakar dan minyak tanah. Namun program tersebut tidak berkembang meluas di masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat pada waktu itu masih mampu membeli minyak tanah dan gas LPG, untuk kepentingan sehari-hari, disamping itu biaya pembuatan satu unit instalasi biogas relatif tinggi.
Pengembangan biogas menjadi penting dan mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat setelah dikeluarkannya kebijakan pemerintah dalam mengurangi/memangkas subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan harga BBM sampai 100 % , bahkan untuk minyak tanah sampai 125 % per 1 Oktober 2005, menambah beban pengeluaran biaya kehidupan rumah tangga yang kurang mampu. Hal ini berdampak pemanfaatan kayu bakar sebagai sumber energi alternatif akan meningkat dan dapat mengancam kelestarian tanaman, mengakibat banjir dan bencana tanah longsor serta menipisnya cadangan air. Oleh karena itu, pengembangan biogas di sekitar kawasan hutan, perkebunan atau di daerah pertanian yang padat ternak atau banyak tersedia limbah organik adalah suatu kebijakan yang sangat bijak.
Semoga bermanfaat...
0 komentar:
Post a Comment