Salam sains...
Bumi merupakan salah satu bagian dari planet didalam sistem tata surya. Berbagai kekayaan yang terdapat di bumi mampu menjadi sumber tumpuan hidup seluruh mahluk. Betapa tidak, contoh kecil kita lihat kekayaan laut. Semua yang ada di laut cukup untuk menghidupi kita, banyak nelayang yang menggantungkan kehidupannya dari hasil kekayaan laut. Akan tetapi diluar itu bumi juga berpotensi mengacaukan kehidupan mahluk hidup dengan bencana alam. Kemajuan teknologi yang maju ternyata tidak mampu memastikan kemunculan bencana. Oleh karena itu kita perlu waspada dan menjaga kelestariannya, dengan begitu kita dapat menekan jatuhnya korban jiwa mapun berbagai kerugian lain yang disebabkan oleh bencana alam. Berbagai macam bentuk bencana alam dapat memporak-porandakan kehidupan umat manusia diantaranya adalah letusan gunung berapi yang menyemburkan awan panas yang mengandung gas dan debu. Kita menyadari bertapa bahayanya dan betapa kuatnya letusan gunung berapi itu. Oleh karenanya, kita harus selalu waspada. Rangkaian pegunungan sirkum pasifik yang melewati Indonesia juga mengakibatkan Indonesia rawan akan gempa dan gunung meletus.
Gunung berapi yang ada di Indonesia tergolong sangat aktif karena seringkali menunjukkan tanda-tanda kehidupannya seperti gempa vulkanik, gempa letusan, gempa hembusan, tremor, asap yang muncul dari kawah atau kadangkala hujan abu, dan letusan-letusan kecil. Tanda-tanda kehidupan gunung berapi tidak selalu diikuti dengan letusan yang besar dan dahsyat, namun peristiwa-peristiwa vulkanis kecil semacam itu sudah cukup menunjukkan keaktifan gunung berapi di Indonesia. Bagi penduduk yang bermkim di sekitar gunung berapi aktif pertanda tersebut dapat digunakan sebagai rambu-rambu untuk selalu hati-hati dan waspada dalam membaca "perilaku gunung berapi".
Tidak seluruh gunung selalu menimbulkan bahaya akibat dampak sebelum mapun sesudah letusan, hal itu tergantung dari sifat gunung tersebut, masih tergolong aktif ataupun sudah mati. Gunung mati adalah gunung yang dulunya aktif mengeluarkan lava dan magma dari perut bumi namun kini tidak memiliki potensi untuk aktif kembali karena sumber energi dari dalam perut bumi sudah tidak ada.
Bahaya gunung berapi pada dasarnya adalah bahaya yang ditimbulkan oleh letusan atau kegiatan yang menyemburkan benda padat, cair, dan gas serta campuran diantaranya. Itulah yang mengancam dan cenderung merusak serta menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta dalam tatanan kehidupan manusia. Begitu pentingnya kita mengetahui dampak yang ditimbulkan gunung meletus. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap pemahaman dasar mengenai gunung meletus
A. Struktur Gunung Berapi
Kita sering menyebut sebuah gunung berapi sebagai suatu kawasan yang menjulang ke atas hingga mencapai ribuan meter diatas permukaan laut. Selain itu, gunung sering dipahami sebagai permukaan dataran yang terdiri atas lereng-lereng yang panjang, lembah atau ngarai yang dalam, atau berpunggungan sempit yang tinggi. Kawasan disekitar gunung berapi juga identik dengan iklim yang dingin. Pengetahuan dan wawasan mengenai gunung meletus menjadi lebih lengkap dengan mengetahui strukturnya. Adapaun struktur gunung berapi dapat dilihat melalui penampang berikut.
Aktivitas gunung meletus selalu ditandai dengan keluarnya magma dari permukaan gunung berapi. Magma merupakan cairan sikilat pijar bersuhu antara 9000 sampai dengan 14000 derajat celcius. Magma terdapat didalam bumi, dibawah tubuh gunung berapi. Tempat magma berkumpul dinamakan kantung magma, kantung magma ini merupakan ruang bawah tanah besar yang berisi batuan mencair yang berada dibawah permukaan kerak bumi. Batuan mencair yang ada didalam kamar magma berada pada tekanan yang besar serta mendapatkan waktu dan tekanan yang cukup. Keadaan ini dapat mematahkan bebatuan di sekitarnya sehingga berakibat terbentuknya jalan keluar bagi magma. Magma yang menemukan jalan keluar menuju ke permukaan akan menghasilkan letusan gunung berapi. Kawah utama merupakan lubang erupsi yang berdiameter dua kilometer atau lebih, berada di bagian puncak gunung berapi. Pipa kawah ialah suatu lubang atau rekahan yang merupakan bidang lemah pada kerak bumi, tempat magma menerobos ke permukaan bumi. Disamping itu, ada pula kawah samping yang merupakan lubang erupsi berdiameter dua kilometer atau lebih yang letaknya di bagian lereng tubuh gunung berapi sebagai hasil erupsi samping.
B. Terbentuknya Gunung Berapi
Gunung berapi timbul karena adanya saluran yang menghubungkan sumber magma didalam perut bumi dengan permukaan bumi. Material yang keluar melewatinya dapat berupa lelehan lahar cair, berwujud padat (curah api), atau berupa gas. Lahar dan curah apai tersebut dimuntahkan pada saat terjadi letusan, namun gas keluar terus menerus melalui kepundan selama gunung aktif. Keduanya membawa berbagai senyawa, terutama yang mengandung belerang (solfatara) dan uap air (fumarola). Karena lahar dan curah api keluar silih berganti, akhirnya terbentuklah gunung berapi berlapis yang banyak terdapat di Indonesia. Hal ini berbeda dengan gunung berapi di kepulauan Hawai, yang tergolong gunung api perisai atau kubah. Berdasarkan teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia terletak pada tempat sejumlah lempeng yang saling bertabrakan. Salah satunya berupa busur kepulauan yang bergunung api. Indonesia memiliki tiga jalur gunung api aktif yaitu yang terbentang dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa, berlanjut ke Nusa Tenggara dan melingkar di sekitar Laut Banda, yang terdapat di Sulawesi Utara dan kepulauan di utaranya dan disebelah barat Halmahera dan daratannya.
C. Jenis-Jenis Gunung Berapi
Berdasarkan proses pembentukannya, gunung berapi diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Gunung Api Rekahan (Fisure Volcano)
Gunung api rekahan merupakan sebuah retakan panjang pada permukaan bumi seluas ribuan kilometer persegi. Aliran magma pada gunung ini keluar melalui rekahan tersebut. Akibat retakan ini, timbulah lapisan basal yang sangat tebal.
2. Gunung Api Perisai (Shield Volcano)
Gunung api ini terbentuk karena adanya aliran lava basal cair yang kemudian membeku. Aliran secara bertahap membentuk gundukan yang sangat landai, seperti perisai dengan landasan yang melebar luas.
3. Kerucut Bara (Cinder Cone)
Merupakan gunung api yang dibentuk terutama oleh bara basal dan abu vulkanik dari reruntuhan material piroklastik. Karena dibentuk oleh serpihan material dan bukan dari lava, gunung ini mudah mengalami erosi.
4. Gunung Api Campuran (Composite Volcano)
Gunung api campuran atau gunung api strato (strato volcano) dibentuk oleh kombinasi aliran lava dan material piroklastik pada letusan eksplosif. Lapisan-lapisan lava yang bercampur dengan material piroklastik ini semakin lama semakin memadat dan terakumulasi menjadi lapisan massa baru.
5. Gunung Api Kubah (Dome Volcano)
Gunung api ini terbentuk dari lava kental yang mengandung asam keluar saat terjadinya letusan. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung. Lava yang mengeras pada kawah ini dapat mengakibatkan terjadinya ledakan. Gunung api kubah pada umumnya memiliki sisi yang curam dan bentuk yang cembung.
6. Kaldera (Caldera)
Kaldera adalah adalah suatu kawasan berbentuk bulat atau oval yang membentang rendah di tanah. Kawasan ini terbentuk pada saat tanah amblas akibat adanya letusan yang eksplosif.
Bumi merupakan salah satu bagian dari planet didalam sistem tata surya. Berbagai kekayaan yang terdapat di bumi mampu menjadi sumber tumpuan hidup seluruh mahluk. Betapa tidak, contoh kecil kita lihat kekayaan laut. Semua yang ada di laut cukup untuk menghidupi kita, banyak nelayang yang menggantungkan kehidupannya dari hasil kekayaan laut. Akan tetapi diluar itu bumi juga berpotensi mengacaukan kehidupan mahluk hidup dengan bencana alam. Kemajuan teknologi yang maju ternyata tidak mampu memastikan kemunculan bencana. Oleh karena itu kita perlu waspada dan menjaga kelestariannya, dengan begitu kita dapat menekan jatuhnya korban jiwa mapun berbagai kerugian lain yang disebabkan oleh bencana alam. Berbagai macam bentuk bencana alam dapat memporak-porandakan kehidupan umat manusia diantaranya adalah letusan gunung berapi yang menyemburkan awan panas yang mengandung gas dan debu. Kita menyadari bertapa bahayanya dan betapa kuatnya letusan gunung berapi itu. Oleh karenanya, kita harus selalu waspada. Rangkaian pegunungan sirkum pasifik yang melewati Indonesia juga mengakibatkan Indonesia rawan akan gempa dan gunung meletus.
Gunung berapi yang ada di Indonesia tergolong sangat aktif karena seringkali menunjukkan tanda-tanda kehidupannya seperti gempa vulkanik, gempa letusan, gempa hembusan, tremor, asap yang muncul dari kawah atau kadangkala hujan abu, dan letusan-letusan kecil. Tanda-tanda kehidupan gunung berapi tidak selalu diikuti dengan letusan yang besar dan dahsyat, namun peristiwa-peristiwa vulkanis kecil semacam itu sudah cukup menunjukkan keaktifan gunung berapi di Indonesia. Bagi penduduk yang bermkim di sekitar gunung berapi aktif pertanda tersebut dapat digunakan sebagai rambu-rambu untuk selalu hati-hati dan waspada dalam membaca "perilaku gunung berapi".
Tidak seluruh gunung selalu menimbulkan bahaya akibat dampak sebelum mapun sesudah letusan, hal itu tergantung dari sifat gunung tersebut, masih tergolong aktif ataupun sudah mati. Gunung mati adalah gunung yang dulunya aktif mengeluarkan lava dan magma dari perut bumi namun kini tidak memiliki potensi untuk aktif kembali karena sumber energi dari dalam perut bumi sudah tidak ada.
Bahaya gunung berapi pada dasarnya adalah bahaya yang ditimbulkan oleh letusan atau kegiatan yang menyemburkan benda padat, cair, dan gas serta campuran diantaranya. Itulah yang mengancam dan cenderung merusak serta menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta dalam tatanan kehidupan manusia. Begitu pentingnya kita mengetahui dampak yang ditimbulkan gunung meletus. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap pemahaman dasar mengenai gunung meletus
A. Struktur Gunung Berapi
Kita sering menyebut sebuah gunung berapi sebagai suatu kawasan yang menjulang ke atas hingga mencapai ribuan meter diatas permukaan laut. Selain itu, gunung sering dipahami sebagai permukaan dataran yang terdiri atas lereng-lereng yang panjang, lembah atau ngarai yang dalam, atau berpunggungan sempit yang tinggi. Kawasan disekitar gunung berapi juga identik dengan iklim yang dingin. Pengetahuan dan wawasan mengenai gunung meletus menjadi lebih lengkap dengan mengetahui strukturnya. Adapaun struktur gunung berapi dapat dilihat melalui penampang berikut.
Aktivitas gunung meletus selalu ditandai dengan keluarnya magma dari permukaan gunung berapi. Magma merupakan cairan sikilat pijar bersuhu antara 9000 sampai dengan 14000 derajat celcius. Magma terdapat didalam bumi, dibawah tubuh gunung berapi. Tempat magma berkumpul dinamakan kantung magma, kantung magma ini merupakan ruang bawah tanah besar yang berisi batuan mencair yang berada dibawah permukaan kerak bumi. Batuan mencair yang ada didalam kamar magma berada pada tekanan yang besar serta mendapatkan waktu dan tekanan yang cukup. Keadaan ini dapat mematahkan bebatuan di sekitarnya sehingga berakibat terbentuknya jalan keluar bagi magma. Magma yang menemukan jalan keluar menuju ke permukaan akan menghasilkan letusan gunung berapi. Kawah utama merupakan lubang erupsi yang berdiameter dua kilometer atau lebih, berada di bagian puncak gunung berapi. Pipa kawah ialah suatu lubang atau rekahan yang merupakan bidang lemah pada kerak bumi, tempat magma menerobos ke permukaan bumi. Disamping itu, ada pula kawah samping yang merupakan lubang erupsi berdiameter dua kilometer atau lebih yang letaknya di bagian lereng tubuh gunung berapi sebagai hasil erupsi samping.
B. Terbentuknya Gunung Berapi
Solfatara |
C. Jenis-Jenis Gunung Berapi
Berdasarkan proses pembentukannya, gunung berapi diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Gunung Api Rekahan (Fisure Volcano)
Gunung api rekahan merupakan sebuah retakan panjang pada permukaan bumi seluas ribuan kilometer persegi. Aliran magma pada gunung ini keluar melalui rekahan tersebut. Akibat retakan ini, timbulah lapisan basal yang sangat tebal.
2. Gunung Api Perisai (Shield Volcano)
Gunung api ini terbentuk karena adanya aliran lava basal cair yang kemudian membeku. Aliran secara bertahap membentuk gundukan yang sangat landai, seperti perisai dengan landasan yang melebar luas.
3. Kerucut Bara (Cinder Cone)
Merupakan gunung api yang dibentuk terutama oleh bara basal dan abu vulkanik dari reruntuhan material piroklastik. Karena dibentuk oleh serpihan material dan bukan dari lava, gunung ini mudah mengalami erosi.
4. Gunung Api Campuran (Composite Volcano)
Gunung api campuran atau gunung api strato (strato volcano) dibentuk oleh kombinasi aliran lava dan material piroklastik pada letusan eksplosif. Lapisan-lapisan lava yang bercampur dengan material piroklastik ini semakin lama semakin memadat dan terakumulasi menjadi lapisan massa baru.
5. Gunung Api Kubah (Dome Volcano)
Gunung api ini terbentuk dari lava kental yang mengandung asam keluar saat terjadinya letusan. Lava ini mengisi lubang kawah di bagian puncak gunung. Lava yang mengeras pada kawah ini dapat mengakibatkan terjadinya ledakan. Gunung api kubah pada umumnya memiliki sisi yang curam dan bentuk yang cembung.
6. Kaldera (Caldera)
Kaldera adalah adalah suatu kawasan berbentuk bulat atau oval yang membentang rendah di tanah. Kawasan ini terbentuk pada saat tanah amblas akibat adanya letusan yang eksplosif.
0 komentar:
Post a Comment