a. Jenis vitamin A
Didalam tubuh, vitamin A merupakan jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam berbagai bentuk. Didalam bahan pangan hewani, vitamin A berada dalam bentuk vitamin A yang aktif dan siap digunakan, karena sifatnya yang larut lemak, vitamin A dari pangan hewani banyak ditemukan pada bahan pangan yang berlemak.
Didalam bahan pangan nabati, sebagian besar sumber vitamin A adalah dalam bentuk karotenoid yang merupakan pro vitamin A. Di dalam tubuh, pro-vitamin A yang dikonsumsi akan diubah menjadi vitamin A yaitu pada dinding usus. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa daya serap tubuh terhadap karoten hanya sekitar 33%, dan hanya setengahnya yang akan diubah menjadi vitamin A dalam tubuh. Dengan demikian hanya sekitar 1/6 karoten yang terserap dan dapat dimanfaatkan oleh tubuh atau dengan kata lain aktivitas biologis karoten setara dengan 1/6 aktivitas biologis vitamin A.
Sementara itu karoten merupakan sumber vitamin A yang banyak dikonsumsi orang indonesia, karena itu dalam menentukan kandungan vitamin A dari makanan perlu diperhatikan jumlah vitamin A yang aktif, yaitu penjumlahan dari vitamin A bentuk aktif retinol dan pro-vitamin A yang telah dikonversi dalam bentuk aktif. Kelebihan vitamin A dalam tubuh dapat disimpan dalam hati, terutama dalam sel-sel parenkin. Di hati, vitamin A berada dalam bentuk retinol, tetapi dalam darah berada dalam bentuk terikat pada protein, yang dinamakan Retinol Binding Protein (RBP) dan diangkut menuju jaringan-jaringan tepi seperti mata, usus, serta kelenjar ludah.
b. Sifat Vitamin A.
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak atau pelarut organik. Vitamin A tahan terhadap panas cahaya, asam, dan alkali. Sebaliknya, vitamin A tidak tahan terhadap pemanasan suhu tinggi bersamaan dengan adanya udara yang akan menyebabkan oksidasi. Vitamin A akan rusak selama penggorengan dengan menggunakan suhu tinggi, demikian juga akibat oksidasi pada minyak yang tengik.
c. Fungsi dan Akibat Kekurangan Vitamin A
Membantu dalam proses penglihatan. vitamin A bentuk retinal bersama-sama dengan protein opsin berperan dalam membentuk pigmen visual berwarna merah-ungu yang disebut rodopsin dan terletak dalam retina mata. Kekurangan vitamin A menyebabkan suplai vitamin dari alirn darah menuju retina mata menjadi berkurang sehingga pembentukan pigmen visual (rodopsin) menjadi terhambat. Hal ini menyebabkan kemampuan mata dalam mengabsorpsi cahaya menjadi rendah, sehingga terjadilah yang dinamakan rabun senja.
Membantu diferensiasi sel. Saat diferensiasi sel terjadi perubahan bentuk dan fungsi sel yang berkaitan dengan perubahan perwujudan gen-gen tertentu. Vitamin A dalam bentuk asam retinoat berperan aktif dalam pengaturan faktor penentu keturunan/gen yang berpengaruh pada sintesis protein. Kekurangan vitamin A akan menghambat proses diferensiasi sel sehingga akan mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Memelihara kesehatan jaringan epited dan kulit. Jaringan epitel dan kulit dilindungi oleh mukus yang akan menahan dan mengeluarkan mikroorganisme yang akan masuk melewatinya. Vitamin A berperan dalam proses pengeluaran mukus oleh kelenjar penghasil mukus. Jika tubuh kekurangan vitamin A, maka sel epitel akan menjadi bersisik dan kering (keratinized). Pada jaringan kulit dan rambut, produksi mukus yang berkurang akibat kekurangan vitamin A akan menyebabkan jaringan tersebut menjadi kering dan kasar.
Pada organ mata, hal ini akan menimbulkan keratinisasi atau xerosis konjungtiva, yaitu pengeringan pada selaput permukaan kelopak dan bola mata. Pada tahap selanjutnya, kekeringan pada selaput mata akan menyebabkan timbulnya suatu bercak putih keabuan pada kelopak mata yang dinamakan "bintik bitot". Pada tahap yang lebih parah, kekurangan vitamin A akan menyebabkan xerosis pada kornea dan akhirnya dapat menyebabkan kornea mata menjadi pecah atau yang disebut keratomalasia.
Membantu sistem kekebalan tubuh/sistem imun. Mekanisme pengaruh vitamin A terhadap sistem imun sebenarnya belum diketahui pasti. Diduga retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B, yaitu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral. Disamping itu, diduga vitamin A berperan dalam memberikan respon antibodi yang berkaitan dengan sel-T, yaitu limfosit yang berperan dalam proses kekebalan seluler. Fungsi kekebalan tubuh akan berkurang dengan berkurangnya kadar vitamin A sehingga tubuh menjadi lebih mudah terinfeksi. Berhubungan dengan pembentukan mukus (pada fungsi sebelumnya), kekurangan vitamin A yang menjadikan penurunan pembentukan mukus pada organ paru-paru akan menyebabkan organ ini mudah terserang mikroorganisme, akibatnya terjadi infeksi saluran pencernaan.
Membantu pertumbuhan. Vitamin A berperan dalam proses sintesis protein yang diperlukan bagi pembentukan dan pertumbuhan sel-sel tubuh. Kekurangan vitamin A akan menyebabkan proses sintesis protein terganggu sehingga proses pertumbuhan menjadi terhambat. Hal ini bisa terjadi pada tulang, gigi, dan organ lainnya.
d. Toksisitas vitamin A
Konsumsi vitamin A yang berlebih atau dikenal dengan hypervitaminosis A akibat mengkonsumsi 75.000 - 500.000 SI (sekitar 45-300 mg betakaroren) setiap hari selama beberapa bulan akan mengakibatkan keracunan yang ditandai dengan pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, kelelahan, penurunan berat badan, sakit secara berselang-seling pada bahu dan pergelangan, kaki.
e. Sumber vitamin A.
Pangan hewani yang menjadi sumber vitamin A pada umumnya juga merupakan sumber lemak, seperti hati, minyak hati ikan, susu, dan produk susu, mentega, dan telur. Adapun pangan nabati yang menjadi sumber vitamin A umumnya adalah sumber betakaroten sebagai pro-vitamin A, yaitu sayuran dan buah berwarna kuning dan orange seperti wortel, tomat, semangka, ubi jalar, serta sayuran dan daun berwarna hijau tua seperti bayam dan daun singkong.
2. Vitamin D
a. Jenis vitamin D
Vitamin D merupakan vitamin yang sangat peka terhadap cahaya dengan gelombang pendek seperti ultraviolet yang terdapat pada sinar matahari. Berbeda dengan vitamin-vitamin lainnya, vitamin D pada dasarnya dapat disintesis tubuh dengan adanya sinar ultraviolet. Dalam kondisi terpapar matahari dengan cukup, vitamin D dari makanan menjadi tidak diperlukan lagi. Dengan adanya sinar ultraviolet, vitamin D dalam hati akan diubah menjadi bentuk aktif 25-hidroksi kolekalsiferol yang memiliki tingkat keaktifan lima kali lebih aktif dibandingkan vitamin D3. Vitamin D bentuk aktif tersebut kemudian diangkut dalam darah ke berbagai jaringan tubuh untuk dimanfaatkan.
b. Fungsi dan defisiensi vitamin D
Fungsi vitamin D erat kaitannya dengan mineralisasi tulang. Vitamin D, terutama bentuk aktif kalsitriol, akan meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor yang merupakan zat utama pada proses pengerasan tulang. Mekanisme peningkatan penyerapan yaitu dengan peran vitamin D dalam merangsang sintesis protein pengikat kalsium dan protein pengikat fosfor pada mukosa usus halus. Dengan demikian, jika kadar vitamin D dalam darah kurang, maka penyerapan kalsium dan fosfor akan terhambat sehingga proses mineralisasi (pemadatan) tulang menjadi terhambat.
Kekurangan vitamin D akan menyebabkan riketsia, yaitu penyakit dimana tulang tidak dapat melakukan klasifikasi yang ditandai dengan bentuk tulang yang bengkok menyerupai bentuk "X" dan "O". Penyakit ini terjadi pada kelompok anak-anak. Jika belum berlanjut, kondisi tersebut dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi vitamin D dalam jumlah besar yang sesuai. Secara umum enyekit akibat kekurangan vitamin D tidak menjadi masalah di Indonesia karena kondisi daerah tropis yang banyak mendapatkan paparan sinar matahari.
c. Toksisitas vitamin D
Konsumsi vitamin D yang berlebihan, yaitu minimal 5 kali dari jumlah yang dianjurkan sehari, akan menyebabkan absorpsi kalsium yang berlebihan sehingga terjadi pengendapat kalsium yang berlebihan (hiperkalsemia) pada tulang dan jaringan lunak tubuh lainnya seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, dan paru-paru. Pengendapan pada ginjal dalam upaya ekskresi dapat menyebabkan kematian.
d. Sumber vitamin D
Pangan hewani yang menjadi sumber vitamin D adalah minyak hati ikan, kuning telur dan mentaga. Adapun vitamin D pada pangan nabatia sangat rendah.
Memelihara kesehatan jaringan epited dan kulit. Jaringan epitel dan kulit dilindungi oleh mukus yang akan menahan dan mengeluarkan mikroorganisme yang akan masuk melewatinya. Vitamin A berperan dalam proses pengeluaran mukus oleh kelenjar penghasil mukus. Jika tubuh kekurangan vitamin A, maka sel epitel akan menjadi bersisik dan kering (keratinized). Pada jaringan kulit dan rambut, produksi mukus yang berkurang akibat kekurangan vitamin A akan menyebabkan jaringan tersebut menjadi kering dan kasar.
Pada organ mata, hal ini akan menimbulkan keratinisasi atau xerosis konjungtiva, yaitu pengeringan pada selaput permukaan kelopak dan bola mata. Pada tahap selanjutnya, kekeringan pada selaput mata akan menyebabkan timbulnya suatu bercak putih keabuan pada kelopak mata yang dinamakan "bintik bitot". Pada tahap yang lebih parah, kekurangan vitamin A akan menyebabkan xerosis pada kornea dan akhirnya dapat menyebabkan kornea mata menjadi pecah atau yang disebut keratomalasia.
Membantu sistem kekebalan tubuh/sistem imun. Mekanisme pengaruh vitamin A terhadap sistem imun sebenarnya belum diketahui pasti. Diduga retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B, yaitu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral. Disamping itu, diduga vitamin A berperan dalam memberikan respon antibodi yang berkaitan dengan sel-T, yaitu limfosit yang berperan dalam proses kekebalan seluler. Fungsi kekebalan tubuh akan berkurang dengan berkurangnya kadar vitamin A sehingga tubuh menjadi lebih mudah terinfeksi. Berhubungan dengan pembentukan mukus (pada fungsi sebelumnya), kekurangan vitamin A yang menjadikan penurunan pembentukan mukus pada organ paru-paru akan menyebabkan organ ini mudah terserang mikroorganisme, akibatnya terjadi infeksi saluran pencernaan.
Membantu pertumbuhan. Vitamin A berperan dalam proses sintesis protein yang diperlukan bagi pembentukan dan pertumbuhan sel-sel tubuh. Kekurangan vitamin A akan menyebabkan proses sintesis protein terganggu sehingga proses pertumbuhan menjadi terhambat. Hal ini bisa terjadi pada tulang, gigi, dan organ lainnya.
d. Toksisitas vitamin A
Konsumsi vitamin A yang berlebih atau dikenal dengan hypervitaminosis A akibat mengkonsumsi 75.000 - 500.000 SI (sekitar 45-300 mg betakaroren) setiap hari selama beberapa bulan akan mengakibatkan keracunan yang ditandai dengan pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, kelelahan, penurunan berat badan, sakit secara berselang-seling pada bahu dan pergelangan, kaki.
e. Sumber vitamin A.
Pangan hewani yang menjadi sumber vitamin A pada umumnya juga merupakan sumber lemak, seperti hati, minyak hati ikan, susu, dan produk susu, mentega, dan telur. Adapun pangan nabati yang menjadi sumber vitamin A umumnya adalah sumber betakaroten sebagai pro-vitamin A, yaitu sayuran dan buah berwarna kuning dan orange seperti wortel, tomat, semangka, ubi jalar, serta sayuran dan daun berwarna hijau tua seperti bayam dan daun singkong.
2. Vitamin D
a. Jenis vitamin D
Vitamin D merupakan vitamin yang sangat peka terhadap cahaya dengan gelombang pendek seperti ultraviolet yang terdapat pada sinar matahari. Berbeda dengan vitamin-vitamin lainnya, vitamin D pada dasarnya dapat disintesis tubuh dengan adanya sinar ultraviolet. Dalam kondisi terpapar matahari dengan cukup, vitamin D dari makanan menjadi tidak diperlukan lagi. Dengan adanya sinar ultraviolet, vitamin D dalam hati akan diubah menjadi bentuk aktif 25-hidroksi kolekalsiferol yang memiliki tingkat keaktifan lima kali lebih aktif dibandingkan vitamin D3. Vitamin D bentuk aktif tersebut kemudian diangkut dalam darah ke berbagai jaringan tubuh untuk dimanfaatkan.
b. Fungsi dan defisiensi vitamin D
Fungsi vitamin D erat kaitannya dengan mineralisasi tulang. Vitamin D, terutama bentuk aktif kalsitriol, akan meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor yang merupakan zat utama pada proses pengerasan tulang. Mekanisme peningkatan penyerapan yaitu dengan peran vitamin D dalam merangsang sintesis protein pengikat kalsium dan protein pengikat fosfor pada mukosa usus halus. Dengan demikian, jika kadar vitamin D dalam darah kurang, maka penyerapan kalsium dan fosfor akan terhambat sehingga proses mineralisasi (pemadatan) tulang menjadi terhambat.
Kekurangan vitamin D akan menyebabkan riketsia, yaitu penyakit dimana tulang tidak dapat melakukan klasifikasi yang ditandai dengan bentuk tulang yang bengkok menyerupai bentuk "X" dan "O". Penyakit ini terjadi pada kelompok anak-anak. Jika belum berlanjut, kondisi tersebut dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi vitamin D dalam jumlah besar yang sesuai. Secara umum enyekit akibat kekurangan vitamin D tidak menjadi masalah di Indonesia karena kondisi daerah tropis yang banyak mendapatkan paparan sinar matahari.
c. Toksisitas vitamin D
Konsumsi vitamin D yang berlebihan, yaitu minimal 5 kali dari jumlah yang dianjurkan sehari, akan menyebabkan absorpsi kalsium yang berlebihan sehingga terjadi pengendapat kalsium yang berlebihan (hiperkalsemia) pada tulang dan jaringan lunak tubuh lainnya seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, dan paru-paru. Pengendapan pada ginjal dalam upaya ekskresi dapat menyebabkan kematian.
d. Sumber vitamin D
Pangan hewani yang menjadi sumber vitamin D adalah minyak hati ikan, kuning telur dan mentaga. Adapun vitamin D pada pangan nabatia sangat rendah.