Pola 3M untuk mencegah berkembangnya nyamuk penyebab demam berdarah sudah sangat populer ditelinga kita, dikalangan pelajar, pakar kesehatan dan masyarakat umum. Saya masih ingat betul istilah itu pertama kali saya dengar kira-kira 20 tahun yang lalu, jika usia saya sekarang 28 tahun, itu berarti istilah 3M sudah saya kenal sejak usia saya 8 tahun, ya.. kira-kira kelas 2 SD. Mengubur, Menguras, dan menutup tempat penampungan air kurang lebih seperti itu kepanjangannya. Mengubur maksudnya adalah kita mengubur barang bekas seperti kaleng, plastik atau karet dan benda-benda lain yang dapat menjadi tempat menggenangnya air dan dijadikan sarang untuk nyamuk berkembang biak. Menguras adalah kita secara rutin menguras tempat penampungan air minimal satu minggu sekali dan menutupnya. Kurang lebih seperti itu yang dapat saya ingat dan saya tahu tentang 3M. Adakah yang salah? Tidak, 3M terbukti efektif untuk mencegah berkembangnya nyamuk khususnya nyamuk pembawa penyakit demam berdarah. Lalu apa yang akan diulas? Menarik untuk kita perhatikan ketika kita disuruh mengubur kaleng bekas. Mengubur kaleng bekas sebenarnya adalah persoalan besar di masa datang walaupun kelihatannya sepele. Kita tahu, kaleng adalah benda logam yang sulit untuk diuraikan atau susah membusuk secara alami, kaleng bisa berkarat dan bayangkan apabila racun dari kaleng yang berkarat semakin banyak pastinya akan berdampak negatif bagi tanah.
Apakah tidak sebaiknya kalau kaleng atau plastik itu jangan dikubur dalam tanah? Kaleng dan plastik juga bisa bernilai ekonomis lho..., kenapa tidak kita kumpulkan saja, kemudian dijual atau berikan pada pemulung atau pengumpul barang bekas? Lumayan kan bisa buat tambahan uang jajan anak? hehehe... Atau jika kita lebih kreatif kaleng-kaleng itu bisa kita sulap (simsalabim) menjadi tempat pensil misalnya, celengan atau tempat koin, vas bunga dan banyak lagi yang lain. Intinya, kaleng, plastik atau karet jangan dikubur, daur ulang adalah solusi terbaik. Dalam sebuah buku yang pernah saya baca tentang lingkungan, bahwa di negara maju banyak sekali berdiri pabrik pengolahan limbah, sepasang sepatu bekas misalnya, sebelum dilebur sepatu itu dipisahkan dulu dari kulitnya, unsur benang, logam (pada lobang tali) dan karet sehingga hasil leburan dari bahan-bahan tasi kembali dapat diolah di pabrik-pabrik. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran serta kita, kesadaran kita akan lingkungan dan perhatian dari pemerintah, tidak hanya itu, abrik pengolahan limbah memegang peranan besar disini.
Marilah kita senantiasa bijak dalam mengelola tanah kita, tidak akan tinggi batang pohon, tidak akan berbuah pohon itu bila tidak ditunjang dengan unsur hara yang maksimal dari tanah. Sedangkan kita tahu, tumbuhan adalah penghasil oksigen dan sumber makanan bagi manusia dan hewan, artinya percuma kita menanam pohon milyaran kalau tanahnya beracun dan tak mampu memberi pohon tersebut asupan gizi buat sang pohon. Haruskah kita baru sadar pentingnya menjaga kelestarian lingkungan saat pohon terakhir di alam ini mati, kita baru sadar pentingnya menjaga kebersihan air ketika tetes terakhir air di alam ini telah tercemari, saat ikan terakhir di air mati, saat tidak lagi ada udara segar untuk kita hirup? Semuanya kita yang menentukan, semua ada di tangan kita, masa depan bumi dan generasi penerus kita mau seperti apa nanti adalah bagaimana tindakan kita sekarang.
Semoga bermanfaat...